Jumat, 11 Februari 2011

My Nabire Diary: (still) Day 1

Sampai jam 12.00, matahari terik luar biasa. Langit biru cerah (sesuatu yang jarang terjadi di Jkt yg langitnya kerap putih). Dijemput Pak Pardede (yang ternyata suami Kak Hana "Putri Nabire") ke rumah Pak Edo.

Di jalan, aku toleh kanan-kiri. Di luar dugaan, Nabire modern banget! Ada banks, CFC, supermarket, pasar modern, jalan besar (avenue), warung lamongan, warung padang...dll.  Mau cari apa aja ada! jadi inget Cilacap yang juga di pesisir.

Pak Edo punya anjing kecil yang lucu. Sebelum kenalan, dia sudah mengunyah sepatu kanvasku. sopan! :) Diajak salaman, malah gigit! Begitu digendong, baru bersikap manis.


"Ayo, saya antar kamu ke Kalibobo," kata Pak Edo.

Ada apa di Kalibobo? 

"Sekolah dan asrama."

Selama bertahun-tahun, aku dengar tentang perjalanan Daniel Alexander di Papua, termasuk waktu dia diwawancarai Kick Andy bareng pilot yang jadi CNN Hero dan Anne Avantie. Tentuuu pengen lihat sendiri secara langsung.

Ini lah yang selama bertahun-tahun aku dengar:


Daniel Alexander pertama kali ke Papua tahun 1990. Sebelumnya, dia kenal Papua (saat itu Irian Jaya) dari buku-buku. Dia sangat suka alam Papua (sebagai penyuka fotografi, tentu Papua kasih banyak objek untuk diabadikan) dan pada saat yang sama heran terhadap keberadaan orang-orang Papua yang masih terbelakang di tanah mereka sendiri yang begitu kaya mineral dan subur. 


Dia pun putar otak dan menyimpulkan, pendidikan adalah kunci kemajuan Papua. Bagi Daniel--seorang pendeta--mendirikan sekolah-sekolah jauh lebih relevan daripada mendirikan gereja. 

Dia lihat, banyak anak nggak ke sekolah karena orangtua sering menyuruh mereka ikut berladang atau melaut. 

Akhirnya, dia dibantu teman-temannya, bikin formula sekolah gratis berasrama. Gratis supaya orangtua  nggak terbebani. Asrama supaya anak-anak fokus belajar saja. Hari minggu, mereka boleh pulang ke rumah. Daniel buka TK pertamanya tahun 1995 di Nabire. 

Tahap demi tahap, dia buka SD, lalu SMP, dan bahkan SMA! Nama SMP dan SMA ini unik: Anak Panah. "Anak-anak ini ibarat anak panah yang perlu dibentuk, dipoles, dan diuji, supaya ketika dibidikkan, anak panah itu sampai sasaran," kata Daniel. Angkatan pertama TK itu sudah kuliah, tersebar di beberapa kampus di Jawa. "Mereka akan terus maju dan kembali untuk membangun Papua," jelas Daniel yang bersama timnya, kini juga mengelola beberapa sekolah di pedalaman Sugapa, pedalaman Memberamo, dan Freeport.


Perjalanan 15 menit ke Kalibobo, masuk lewat Gang Anak Panah ke lokasi SD Agape juga SMP dan SMA Anak Panah, juga empat asramanya. Bangunan sekolahnya dua lantai dan modern banget. "Semuanya bangunan tahan gempa," jelas Kak Yoke, pengajar dan pembina. Itu alasan sekolah tetap kokoh saat Nabire diguncang gempa hebat tahun 2004. Siang itu, pelajaran masih berlangsung, dan aku bisa dengar suara anak-anak belajar di kelas-kelas. 

(lengang waktu jam pelajaran dan riuh pas jam istirahat. Don't we all love break time?)

Diantar Rendra, salah satu pengajar dan pembina, ke kamar di asrama cowok. Jam makan siang, walau arlojiku masih nunjukin jam 11.00 (belum dimajukan 2 jam).

Semua lagi sibuk dengan urusan sekolah, jadi aku dipersilahkan istirahat. Tujuh jam flight emang melelahkan, tapi rasanya ada yang manggil-manggil. 

Deburan ombak terdengar jelas dari sini. Di mana pantai? Ternyata cuma 100 meter dari sekolah!! langsung ke sana.

Woooow pantainya seru! pasirnya hitam tapi ombaknya mengundang, seperti  Kuta!

Nggak jauh, ada sekumpulan anak kecil yang lagi renang di dekat kapal yang buang jangkar. Haii, boleh ikut? "Boleh, kaka!" kata mereka. 

Aku gantungkan tas dan kacamata. Eh ada satu bapak datang. "Sodara siapa? Mo apa?" tanyanya, wajahnya lempeng.

"Eh... saya Sem, tinggal di Sekolah Anak Panah. Saya mau berenang. Boleh ya Pak?" kataku, hati-hati.

"Oh, silakan," jawabnya dengan wajah (masih) lempeng. Lega deh. 


langsung terjun...

2 komentar:

Umi mengatakan...

i want moooooooooooooooreeeeeee!!!!!!!!!

penasaran, kok kamu bisa tinggal di asrama mereka sem? emang dah minta ijin duluan ya??

SemSa mengatakan...

ya, aku diizinkan Umi