Nggak terlintas di pikiran, aku bakal libur ke Papua dalam waktu sedekat ini. Beberapa barang memang sudah distok di tas, dengan pemikiran untuk hemat tempat. Tapi, sore itu, waktu aku baru aja tarik selimut, telepon berdering. Oom Dan!
Aku ke luar kamar biar bisa dengar suaranya lebih jernih. Saking kaget, nyaris terpelanting di lantai yang baru dibasahi hujan. Aku hanya tertawa lepas, setengah nggak percaya. Berarti… aku cuma punya setengah hari untuk berkemas!
Ocha menyahut di telepon, berbaik hati backpack-nya dipinjam (tasnya keren bener!). Pun snorkel hitamnya. Snorkel jelekku yang kubeli karena ngiler harga murah rusak.
Semalam-malaman, aku bongkar-pasang, muat-buang sampai ketiduran. Bahagia... What have I done to deserve this?
Sekalian aku bawa dua tas besar ini ke kantor. Teman-teman pikir, si Sem bercanda sampai aku panggul backpack, pamitan sambil berterima kasih.
Jam 21.00 di konter check in. girang karena backpack boleh dibawa ke kabin walau harus mengalami kejadian lucu.
Waktu mau masuk gate, tas di-scan.
Petugas: “Mas tolong buka tasnya! Ada benda panjang di dalam.”
S: (sedikit bingung, menduga itu besi rangka backpack): Oke mas. (membuka, menarik keluar snorkel dengan napas lega) Buat menyelam mas.
Petugas: (Membengkok-bengkokkan snorkel, menyerahkannya ke satu petugas lain yang juga membengkok-bengkokkan snorkel. Snorkel akhirnya dikembalikan) Terima kasih
Hahaha. Lain kali snorkel masuk bagasi aja kali ya? Masih ada 4,5 jam sampai terbang dini hari. Kak Es isi 22 menit. Pembicaraan telepon yang menyenangkan, sejenak lupa ada backpack 7 kg di punggung. Dua gelas Milo hangat kemudian, ground staff memanggil. Dapat duduk di pinggir jendela. Yes!
Bangun. Eh sudah jam 07.00 WIT! Ada pulau sangat besar di bawah sana. Pulau itu berlalu dan muncullah pulau berikutnya. Tepiannya penuh rumah. Perahu-perahu nelayan tersebar di pantainya... indah banget. Pesawat menyusuri pulau sampai mendarat mulus di Ambon. Bergegas transit.
Bangun. Eh sudah jam 07.00 WIT! Ada pulau sangat besar di bawah sana. Pulau itu berlalu dan muncullah pulau berikutnya. Tepiannya penuh rumah. Perahu-perahu nelayan tersebar di pantainya... indah banget. Pesawat menyusuri pulau sampai mendarat mulus di Ambon. Bergegas transit.
Dapat tempat duduk pinggir jendela lagi. Luar biasa! Pemandangan indah banget. Satu setengah jam kemudian, mendarat di Kaimana yang runway-nya pendek. Pesawat parkir. ke luar dan jalan-jalan supaya mengurangi pegel. Sambil foto-foto. Nggak sampai 10 menit kemudian, pramugari manggil, "Mas, masuk! Mau terbang!"
Satu jam penerbangan, gak lelah melihat pemandangan pulau-pulau kecil berpasir putih, dan rumah-rumah yang terkonsentrasi di pesisir, juga sungai-sungai berair cokelat yg mengular, membelah hutan-hutan lebat... terkagum-kagum. Indonesia bagian Timur sangat eksotis (mengingat ini juga pertama kali ke Indonesia Timur).
Pesawat bermanuver melingkar, pramugari bilang, sebentar lagi mendarat. Di bawah: pemandangan teluk yang lebar dengan pantai yang digarisi pohon-pohon kelapa. "Nabire, Sem!"
2 komentar:
betul Sem, Nabire!!!
masih penasaran dengan keputusan mendadakmu untuk ke Nabire.. love this!
iya, semua terjadi dengan cepat. Di kepala gue hanya terlintas, it's now or never :)
Posting Komentar