Sabtu, 19 Februari 2011

My Nabire Diary: Day 4

Bangun kepagian lagi. Aku masih merasa ini 3.30 WIB. Denial. Apa daya, langit memang sudah terang dan bilang, ini 5.30 WIT!

Masih lengang. Aku naik mikrolet ke Pantai MAF. Perjalanan cuma 5 menit! ini adalah pantai yg terletak di jantung kota, pinggir pantai, dan sangat tipikal pantai turis: pinggirnya dibentengi (karena ombaknya abrasif dan termasuk garang), pinggirnya penuh warung baik permanen maupun semipermanen.

Heran. Orang-orang sepagi ini juga sudah memadati pantai. beberapa jogging, anak-anak malah banyak yang berenang padahal ombak besar, lainnya bersantai di tepi pantai. aku sendiri termasuk yang terakhir. Pantainya tidak mengundang, jadi aku cari keriaan lain.

Kulayangkan pandanganku ke gunung-gunung, dari manakah datangnya...pesawat itu? Ada pesawat kecil dari arah gunung, menuju ke arah laut, terus berputar ke arah gunung dan mendarat. Keren difoto! kulihat pesawat mengarah ke ujung runway, trus tiba-tiba belok kiri....

Ke mana? ternyata pesawat parkir di halaman belakang MAF. Hahaha lucu banget. kayak mobil aja! Cita-citaku naik helikopter sudah terpenuhi. Sekarang aku pengin bgt naik pesawat kecil ke daerah2 terpencil...

Setelah bosan karena tak kunjung ada pesawat yang mendarat atau take-off, aku jalan ke arah pulang. berharap ada yang menarik utk dilihat. kira2 500 m dr pantai ada jembatan menuju ke pasar, sblm aku sebrang, ada mobil pickup biru berhenti, menghalangi jalan. "Pak Novi!" sapaku. Bapak Asrama Anugrah ini tampaknya baru selesai belanja di pasar utk kebutuhan asrama. aku pun naik ke back pickup. hepi banget...

Siangnya, aku diajak Pak Novi lihat asrama-asrama siswa yg lain, juga lokasi Rumah Kesembuhan (Rukes). Lucu sekali: Rukes adalah "rumah sakit" dengan konsep yang sangat ceria: akan dibangun di tepi pantai, banyak pohon buahnya, dan nanti pasien-pasien akan dilibatkan di program-program yang bertujuan utk bikin mereka hepi dan sehat lagi.


Setelah itu, kita ke satu TK yg juga dikelola Pesat (Pelayanan Desa Terpadu). Dari situ, aku minta tolong Pak Novi antar aku ke Pak Elia. Oom Dan bilang ke Pak Pardede, bawa si Sem ke Pak Elia. Oom Dan bilang, Pak Elia teman Pi n Mi. Aku sendiri nggak ingat dia sama sekali, tapi karena ingat pepatah, "jangan lupakan teman-teman bapakmu", aku pun ke sana.

Rumah Pak Elia rumah kayu manado, seperti banyak rumah lainnya di Nabire. Aku jadi pengen punya rumah spt ini: ringkas, artistik, dan adem! Pak Elia pernah tinggal di Malang akhir 1980-an. Kupikir, dia teman Pi wkt ke Papua di tahun 1980-an. Pak Elia cerita pengalamannya di Jawa dan menyebut nama-nama yang familier. Ternyata, Pak Elia pernah bikin kapal di Malang. Ya, waktu kecil, aku sempat ternganga dengan hebatnya melihat ada kapal yang masif (bukan kapal kayu) yg dibangun di tengah kota Malang. Kapal itu ukuran sekitar 15 m, dua dek dan kokoh banget. Sampai sekarang pun aku nggak habis pikir!



Sorenya, teman-teman ajak lagi ke pantai. Agak malas, tapi aku dengar mereka sudah nunggu aku dari pagi, siapa yang berani nolak? gelombang masih gede tapi anak-anak asrama dengan santainya lari-lari dan lompat, menerjang ombak. "Ayo kaka! mari sini!"

mereka semua ahli berenang, sementara aku nggak mau dalam-dalam mengingat arus balik ombak lumayan kencang. lucunya, kok ya ada guling jumbo yang dijadikan pelampung. biar ada lima anak pegangan, guling itu tetap ngambang. jadi, aku ikutan pegangan. seru juga dibuai ombak.

abis itu, main bola! seru juga sepak bola di tepi pantai. walau tentu aja, aku cuma nendang bola yang out. malas lari-lari! lucunya, anak-anak senang banget terjang ombak. asal ada ombak besar, mereka bisa dengan cueknya meninggalkan bola dan langsung lari ke ombak yang tinggi dan volumenya besarr! hebat bener! Ya iyaa lah, mereka besar di pantai ini. laut adalah taman bermain mereka!


sorean, laut mulai tenang. aku bangkit dari pasir dan berniat bersihkan pasir yang nempel di badan. nyemplung, kok nggak ilang juga. akhirnya aku berenang agak dalam. tiba-tiba anak-anak bersorak girang, "oooombaaak!!"

sialnya, ombak ini dua kali lebih tinggi dari aku. Di depan mata pula! sialnya, aku nggak bisa lari! jadilah aku digelandang ombak. dalam hitungan detik, aku digulung ke depan, kaki menantang langit, kepala di bawah... Aku panik cari pegangan yang tentu aja nggak ada. Duh, jangan sampai aku eseret ke laut! 

benar aja, aku mendarat di kerikil pantai. tangan kanan baret-baret. 


Aku buru-buru merangkak ke daratan. Bukannya dibantu, anak-anak serempak tertawa girang....

and that's how i earned their respect ... senang bisa menghibur, ha!

2 komentar:

Umi mengatakan...

hahaahahahaha.... emang siyal jadi orang jawa yang takut ombak gede karena mitos pantai selatan ya sem.. hehehe...

SemSa mengatakan...

iye, gak berani ambil risiko keseret ombak. abis ombaknya bisa tiba-tiba gede dr yg semula pelan. tp seru!