Setiap kali jalan, aku ingat, ada saja kebaikan orang asing yang aku terima. Aku pun menduga-duga, apakah mereka malaikat yang sedang menyamar. Angels unaware. Contohnya ini.
Di Bukit Campuhan sore itu aku jalan-jalan sendiri. Sudah ada pavement, jadi enak jalan-jalan karena lagi pakai sepatu yang hanya cocok untuk permukaan rata. Anginnya sepoi-sepoi. Ke mana mata memandang, semua hijau. Kiri lembah penuh rumput ilalang, sawah di lembah sebelah kanan. Ilalang. Padi. Sama-sama rumput. Beda guna. Semuanya terlihat indah meliuk-liuk ditiup angin.
Tiba-tiba ada yang mau lewat. Aku lihat ke bawah.
Hai! sapaku
Dia tersenyum. Benar-benar tersenyum mulutnya. Dia terengah-engah.
Hai, aku Sem. Kamu? aku jongkok, kasih tangan. Dia balas dengan kibasan ekor yang gembira.
Kita pun bercengkerama di luar bahasa. Aku nggak ngerti bahasanya (hanya dengkingan pelan dan kibasan ekor yang kubaca sebagai tanda ia bahagia). Dia pun mungkin nggak mengerti bahasaku. Baginya, aku mungkin saja hanya "orang asing yang banyak tanya", soalnya aku tanya terus: Kamu dari mana? Kok sendirian sih? Sore-sore gini kamu mau ke mana? Ke pura? Jauh nggak sampai ujung jalan?
Dia berkali-kali jilat tanganku. Aku jadi terharu. Dia menerimaku apa adanya...seorang asing!
Akhirnya, dia menunjukkan tanda-tanda ingin melanjutkan perjalanan. Aku bilang, aku senang ketemu kamu. Kita berdua foto yuk!
Sehabis itu, kita pisah. Dia lanjutkan perjalanan dengan ekor tetap berkibaran.
Sampai jumpa, kawan! Diberkatilah kamu, seorang eh seekor asing yang baik!
2 komentar:
Sampai jumpa, kawan! Diberkatilah kamu, seorang eh seekor asing yang baik! --> hahaha.
still LOVE your writing :)
so sweet
Posting Komentar