Hujan. Basah. Seminggu di Lombok, tiada hari tanpa hujan pas liburan dengan
trio A: Agus, Ayu, Acionk. Tapi, semangat kita tidak luntur disapu
hujan.
Pertama kali buatku liburan di pulau
ini. Aku suka pesisirnya yang berteluk-teluk. Cekung-cekung itu
memberi tempat untuk pantai-pantai yang indah. Kita naik motor dan
menyusuri jalan-jalannya yang penuh tantangan—terutama buat Agus
(dia bonceng aku, that explains...) Selain itu, kita sering
mengalami “intervensi hewani” karena banyak ayam, anjing, sapi,
kambing, dan kerbau turun ke jalan....
Oh ya, bolehlah aku memakai istilah
“intervensi ilahi” untuk menyebut jeda terang di musim penghujan.
Kita tetap bisa menikmati libur walau awan gelap menggantung di atas
kepala.
Empat hari di pulau utama, kita pergi
ke Tanjung Aan, Senggigi, Kuta, dan sebuah teluk yang permai betul.
Hari itu, kita menuju Blongas. Jalannya, wah, menantang, menukik,
menanjak, dan…rusak. Kita sangat terguncang—dalam makna
sebenarnya.
Akhirnya, jalanan mulus juga. Di satu
puncak bukit, kita terpesona melihat sebuah teluk yang indah.
Pantainya pasir putih dan ada sand bank-nya dan petak-petak rumput
laut. Kita bermain-main di situ. Seru betul.
Setelah bertahun baru di Kuta, kita ke
Gili Trawangan. Pulau cukup luas dan punya bukit. Seru walau sangat
modern. Banyak toko keperluan dan mesin ATM! Ketika masuk air,
kulihat banyak ikan. Terumbu karangnya banyak, namun tidak sedikit
pula yang rusak. Menariknya, di pulau ini, kapal dilarang buang
jangkar dan orang mulai menanam koral sebagai usaha konservasi.
Teman-teman semua bilang, mereka
melihat penyu di laut. Sementara aku? Tak seekor pun! Ke mana
penyu-penyu? Akhirnya kusimpulkan, hanya kaum beriman yang bisa
melihat penyu di sini….
Kita suka tempat-tempat nongkrong di
pualau ini. Tidak sedikit yang kemahalan, tapi kita menemukan juga
tempat-tempat yang sajikan menu enak sesuai harga.
Pagi terakhir di Gili, Agus ajak aku
masuk ke air. Sebenarnya, aku malas, apalagi telapak kakiku baru saja
disengat lebah! Kayaknya, sudah bertahun-tahun lalu sejak pertama
kali disengat! Setelah mencungkil sengatnya, aku ambil peralatan dan
masuk ke air. Gila, airnya dingin dan arus kencang betul!
Waktu timbul ide untuk naik ke pantai
saja, tiba-tiba, Agus memanggil. Dia menunjuk ke bawah. Apa itu?
Wow, penyu sisik! Besar pun! Penyu itu sedang mengayuh perlahan ke
permukaan dari kedalaman 3 meter. Indah betul penyu dan gerakannya.
Aku mempehatikannya sampai dia hilang dari pandangan…. Berbahagialah mereka yang melihat dan percaya!
Ah, akhirnya aku bisa melihat penyu….
Sekarang, bolehlah aku menganggap diri sebagai bagian dari golongan
orang beriman!