Minggu, 20 Februari 2011

My Nabire Diary: Day 5

06.00. Pagi ini asrama sepi. anak-anak banyak yg masih tidur. Hari ini libur. Libur apa, aku tanya. "Ini hari Injil Masuk tanah Papua, kaka." kata salah satu yg sudah bangun

Lucunya, pagi itu pas baca The Malay Archipelago sambil minum kopi, aku baca Wallace menulis tentang pelayarannya ke Papua. Dia mendarat dan diundang makan oleh Otto dan Geissler, dua misionaris yg datang ke Papua tahun 1855. wow, it's a coincidence!

Seperti Wallace, hari itu, aku pun berlayar... kali ini island hopping!

Nunggu kapal isi bensin lama bgt... 1 jam lebih! Untuk isi waktu, aku lihat-lihat sekeliling. Ada liveaboard nganggur di pantai. "Punya pemda," kata pemilik kapal. (Suatu hari, aku bakal keliling Papua naik liveaboard!) Teman-teman ada yg lagi asyik kumpulin benda-benda menarik di pantai. wow, ini pemandangan Stones and Sea: In the beginning, i was counting the stones on a seashore, looking for the precious things...

Saul the boxer nunjukin sesuatu yang bikin aku takjub. Dia pecahkan buah ketapang dan di dalamnya ada semacam kacang, seperti pistachio. "Coba makan," katanya. Hmmm...enak! kok bisa ya?

Aku pun coba mecahkan sendiri ketapang dan makan lagi bijinya. aaah enak! serasa pistachio goreng tanpa minyak!

Belum mecah ketapang ketiga, kapal datang. semua naik. aye aye captain!

Perjalanan 1,5 jam. Pulau Ahe di depan mata, tapi kapal belok ke pulau lain. pemandangannya indah. lagi-lagi kulihat pepohonan kelapa menjulang di antara pohon-pohon lainnya. gak kulihat tanda-tanda ada bakau, tapi tak apa.

gugusan kepulauan ini bagus banget. ada beberapa pulau kecil yang tampaknya spt limestone, ditumbuhi semak-semak dan pohon kelapa. apa mungkin ini mirip Raja Ampat? pantai-pantainya pasir putih, kontras dengan pantai di mainland yg warna hitam


Kapal menuju pulau yang berpenduduk. Siang itu panas banget, leherku sudah tersengat. terlihat di pantai, penduduknya lagi duduk-duduk di dipan raksasa di pinggir pantai, ngobrol dan tertawa bahagia. laki-laki, perempuan, anak-anak, 20 orang lebih. atap-atap rumahnya seng. Menara gereja terlihat paling menjulang di antara bangunan lainnya.

"Ya, mereka sudah lama tinggal di sini. air tanahnya bagus sekali di sini," sahut Pak Ernest menjelaskan alasan mereka tinggal di pulau, bukan di mainland. "Di samping karena ikan banyak ..."


kapten turun dan bilang, akan ke ketua adat, minta izin masuk Ahe....15 menit kemudian dia balik, bawa kabar: ada bule sewa Ahe. ah well, aku sedikit kecewa.

kapal ke arah utara. "kita ke Pulau Paput saja," kata kak Yoke. Sekitar 20 menit kemudian, di depanku pulau yg berhutan lebat, dipuncaki pepohonan kelapa, tampak tak berpenduduk. pasirnya putih. kapal merapat. di bawah padang lamun, jernih, tapi lantai lautnya tiba-tiba menukik tajam ke kegelapan. berarti jangan jauh-jauh renangnya, Sem, kataku.

pasirnya empuk! jadi tiap melangkah, kakiku terbenam sampai semata kaki...

Semua langsung makan, mengingat ini jam 14.40. Nasi hangat, tumis kacang panjang, dabu-dabu dan ikan goreng. makanan terlezat di pulau itu! ;) emang enak bgt!!!!

Abis makan, istirahat 10 menit, langsung nyemplung. waaaaaa bagus bangett! langsung nemu bintang laut biru. gak lama, angelfish yang gede-gede, teripang, dan....ular laut!!

nemu tiga bintang laut lainnya yang blm pernah kulihat seumur hidup. Seperti gunung, dengan duri-duri tajam di atasnya. yang terakhir malah punya ratusan alat hisap yang menempel kuat di telapak tangan...indah banget!

Ah, maunya sa bawa pulang semua! kataku, berandai-andai.

"Jangan kaka! nanti ko undang hujan besar dan petir!" kata seorang anak kecil.

oh ya? kenapa?

Dia jelaskan kepercayaan orang lokal: kalau ambil biota, laut akan marah, mengirim hujan besar dan petir.

wow.... aku pun menyebutnya kearifan lokal...

15.30, kami pulang...singkat memang, tapi aku senang. lain kali, aku kembali!

2 komentar:

Umi mengatakan...

waaaaaaaaa, sebentar sekali sem...

SemSa mengatakan...

ya tapi penuh kesan hahahaha